Malino…
Kelurahan yang sangat kaya dengan pemandangan gunung-gunung batu gamping dan hutan pinus, terletak di Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. 90 km dari Kota Makassar ke arah selatan .
Sebelum muncul nama Malino, dulu rakyat setempat mengenalnya dengan nama kampung ‘Lapparak’. Laparrak dalam bahasa Makassar berarti datar, yang berarti pula hanya di tempat itulah yang merupakan daerah datar, di antara gunung-gunung yang berdiri kokoh. Kota Malino mulai dikenal dan semakin popular sejak zaman penjajahan Belanda, lebih-lebih setelah Gubernur Jenderal Caron pada tahun 1927 memerintah di “Celebes on Onderhorighodon” telah menjadikan Malino pada tahun 1927 sebagai tempat peristirahatan bagi para pegawai pemerintah.
Selain sebagai menjadi tempat wisata, Malino juga memiliki cerita sejarah.
Konferensi Malino tahun 1946 untuk membahas rencana pembentukan negara-negara bagian yang berbentuk federasi di Indonesia serta rencana pembentukan negara yang meliputi daerah-daerah di Indonesia bagian Timur. Konferensi ini dihadiri oleh 39 orang dari 15 daerah dari Kalimantan (Borneo) dan Timur Besar (De Groote Oost).
Deklarasi malino 2001 untuk kedamaian poso, sebuah kabupaten yang terletak ditengah-tengah pulau Sulawesi. Mengakhiri konflik berdarah yang telah berlangsung sejak tahun 1998.
Perjanjian malino 2002 untuk kedamaian Ambon, Kota terkenal dengan nama Ambon Manise yang berarti kota Ambon yang manis , menghentikan konflik dan kekerasan massal yang telah berlangsung selama 36 bulan.
Malino..kesejukan embunmu membawa perdamaian…