Jembatan Merah Putih Kebanggaan Maluku

Perjalanan ke Ambon tidak akan lengkap jika tidak membahas jembatan ini. Jembatan kebanggaan masyarakat Ambon dan umumnya masyarakat Maluku. Jembatan ini menghubungkan dua sisi kota yang terpisah oleh teluk, Dibangun sejak 5 tahun yang lalu, tepatnya 17 Juli 2011, dengan dana APBN senilai Rp 779,2 miliar.

Setelah beberapa kali mengalami penundaan pembangunan, jembatan ini akhirnya diresmikan oleh Presiden RI Joko Widodo pada 4 April 2016.

Bagian utama jembatan ini merupakan tipe jembatan khusus dengan sistem beruji kabel atau cable stayed, dengan jarak antar pilon sepanjang 150 meter, Secara teknis panjang jembatan ini adalah 1.140 meter, sekilas jembatan ini mirip jembatan Barelang di pulau Batam.

Jembatan Merah Putih, Ambon, Maluku

Jembatan Barelang, Batam, Kepulauan Riau

Kenapa diberi nama Merah Putih?

Nama awalnya adalah Galala-Poka, dua desa yang terhubung jembatan, tapi sebenarnya dua desa yang terlewati jembatan adalah adalah Desa Galala dan Desa Rumah Tiga, sementara Poka malah tidak terlewati

Penduduk Desa Rumah Tiga tak terima desanya dilewati tapi nama jembatan malah pakai nama desa tetangga. Daripada terjadi konflik, dipituskan nama Merah Putih saja. Merah Putih itu artinya karena Maluku ini termasuk dari 8 provinsi yang dibentuk oleh Presiden Soekarno pasca kemerdekaan dan menunjuk Johannes Latuharhary sebagai Gubernur.

Johannes Latuharhary adalah putra daerah Maluku pertama yang meraih gelar Meester in de Rechten di Universitas Leiden

Sebelum adanya Jembatan Merah Putih, jarak Bandara Internasional Pattimura ke Kota Ambon yang berkisar 35 kilometer harus ditempuh selama 60 menit dengan memutari Teluk Ambon. Alternatif lain adalah dengan menggunakan kapal penyeberangan (ferry) antara Desa Rumah Tiga (Poka) dan Galala dengan waktu tempuh sekitar 20 menit, belum termasuk waktu antri.

Saat berkunjung ke Ambon, jarak tempuh dari Kota Ambon ke Bandara Internasional Pattimura sekitar 20 menit.

Pemandangan sekitar jembatan