Kemajuan teknologi informasi telah menempatkan sosial media sebagai raja masa kini. Komunikasi tidak lagi terbatas jarak dan waktu, tidak ada batasan bicara. Indonesia selalu masuk 10 besar pengguna sosial media di dunia, bahkan pengguna Facebook menempati urutan kedua terbanyak di dunia setelah Amerika Serikat.
Indonesia bisa disebut sebagai surganya sosial media dan netizen adalah rajanya.
Penggunaan sosial media ternyata mempengaruhi pola hidup masyarakat. Smartphone bisa disebut telah menjadi kebutuhan primer dan interaksi sosial lebih banyak terjadi di dunia maya dibandingkan dunia nyata.
Kemajuan ini tentunya membawa konsekuensi terhadap perilaku masyarakat. Media sosial membuat masyarakat semakin terbuka mengungkapkan perasaan dan pemikiran. Hal ini dapat dilihat dari beragamnya tema pada timeline media sosial. Mulai dari yang bersifat pribadi berupa curhat colongan alias curcol sampai hal-hal serius seperti mau mengatur negara.
SOSIAL MEDIA MERUBAH PERILAKU
Sosial media telah merubah perilaku masyarakat baik kearah yang positif dan tidak jarang kearah yang negatif. Kemudahan berinteraksi di media sosial terkadang menjadi ajang untuk saling “mengangkat dagu, membusungkan dada” dan “berteriak” satu sama lain.
Orang merasa bebas untuk menulis dan mengungkapkan apa saja, bahkan hal itu terkadang seperti berteriak tepat diwajah seseorang. Sosial media telah membuat sebagian penggunanya merasa sebagai orang yang paling benar dan gampang menyalahkan orang lain.
Sebagian orang lupa jika ada kata-kata yang tidak pantas terucap, pasti ada telinga yang akan mendengar. Ketika seseorang menuliskan kata-kata tidak pantas, pasti ada mata yang akan melihat.
Kata yang sudah keluar dari mulut, bukan lagi milik mulut
tapi sudah menjadi milik telinga.
Kata yang telah ditulis bukan lagi milik jari
tapi sudah menjadi milik mata yang melihat.
Perubahan sosial ini mirip dengan teknologi yang datang bersamanya. Melalui telepon, orang dapat berbicara secara bersamaan dari dua sisi. Orang dapat mengetik pesan bersamaan
Pertanyaannya….
Siapa yang akan mendengar jika dua sisi bicara bersamaan?.
Siapa yang akan membaca jika setiap orang hanya sibuk menuliskan pemikirannya?
Akan tidak tepat jika saya mengatakan masa lalu lebih baik dari saat ini. Tapi, kita mungkin dapat belajar dari permainan telepon kaleng, permainan masa lalu yang saat ini sudah jarang dimainkan, .
PERMAINAN TELEPON KALENG
Telepon kaleng dibuat dengan menggunakan dua buah kaleng bekas yang dihubungkan dengan benang. Panjang benang disesuaikan dengan kebutuhan. Permainan. Kaleng menjadi tempat untuk berbicara atau mendengar sedangkan benang menjadi media media perantara agar suara dari pembicara sampai kepada pendengar.
MELATIH DIRI BERBICARA DAN MENDENGAR
Permainan telepon kaleng akan melatih kita untuk menahan diri. Jika satu sisi berbicara, sisi yang lain harus mendengar, begitu sebaliknya agar komunikasi dapat terjalin. Jika dua sisi saling memaksakan untuk berbicara bersamaan, maka komunikasi tidak akan terjalin dan tidak akan ada permainan sama sekali.
Permainan ini dapat memberi pelajaran untuk menahan diri agar komunikasi dapat terjalin. Komunikasi akan berjalan efektif jika setiap sisi bisa melihat porsinya masing-masing. Permainan ini dapat memberi pelajaran bahwa ada sisi lain yang akan bereaksi terhadap apa yang kita lakukan.
Source gambar : google
Satu lagi: membudayakan prinsip-prinsip teaterikal. Tahu kapan perannya bicara dan kapan harus mendengar 😃
SukaSuka
Yupp..😀
SukaDisukai oleh 1 orang
Media sosial barangkali diibaratkan telepon kaleng multi-jaringan ya
SukaSuka
Multi jaringan dan setiap
Jaringan hanya mau bicara tdk mau mendengar
SukaSuka