Memaksa Diri Untuk Menulis


Memaksa Diri Merangkai Kata

Setelah beberapa waktu tidak menulis, saya kembali memaksa diri untuk merangkai kata demi kata untuk menjadi sebuah tulisan bermakna.  Selama vakum menulis, terkadang muncul kerinduan menggerakkan jari diatas keyboard, menuangkan ide, berbagi cerita. Tapi karena sebuah penyakit bernama “malas” kerinduan itu hanya sebatas rasa yang tak terungkap dalam sebuah tindakan.

Alhamdulillah dalam dua hari ini, saya dapat menulis Cinta dan Benci Pada Ahok dan Ahok Menjelaskan Posisiku Di Agama Ini . Walaupun bertema “kekinian”, saya berusaha menuangkan apa yang dalam kepala saya tentang segala cerita Ahok atau Basuki Tjahaya Purnama. Tidak berusaha menghakimi atau mencari benar salah, saya berusaha menjadikan tulisan tersebut sebagai self reminder terhadap keadaan saat ini.

“Menulis adalah sebuah keberanian…”
― Pramoedya Ananta Toer

Tulisan Dapat Merusak Peradaban

Huru-hara dunia maya yang begitu intens, tulisan berbau hoax dan propaganda meraja lela. Mungkin mereka lupa jika tulisan tersebut akan memiliki efek berantai. Satu kata kebohongan akan menjadi sebuah cerita kebohongan tersendiri.

Tulisan adalah bentuk penyampaian ide tanpa batasan waktu.

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
― Pramoedya Ananta Toer

Ia akan terbang bebas tanpa batas ketika telah dibaca oleh orang lain.
Ia akan berkembang menjadi tulisan dari orang lain.
Ia akan ditambahkan ataupun dikurangi.

Tulisan yang berasal dari sebuah kebohongan akan menjadi tulisan yang dapat merusak orang lain bahkan masyarakat. Tulisan dapat merusakan sebuah peradaban karena keabadiannya.

Syarat Menulis Adalah Membaca

Salah satu kekurangan saya dalam menulis adalah kurang membaca. Saya menyadari bahwa syarat untuk membuat tulisan yang baik adalah dengan membaca. Menambah wawasan melalui ide orang lain. Mencari sudut pandang baru dari pandangan orang lain.

“Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun ? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.”
― Pramoedya Ananta Toer

Tanpa membaca, tulisan akan menjadi kering tak berisi. Sebatas ide-ide dangkal tak bermakna.

Hadiah Dari Menulis

Selain untuk diri sendiri, saya mendapatkan kebahagiaan tak ternilai jika ada yang mengambil manfaat setelah membaca tulisan saya. Kebahagian itu adalah hadiah dari menulis, termasuk sebuah potongan komentar dibawah ini :

Ini yang namanya Hidayah. Allah lah yang memberi Hidayah. Manusia pun tak akan bisa membuka pintu hidayah. subhanallah. Saya sendiri jadi bertambah Keimanan setelah baca tulisan kamu.

self reminder 16052017

12 pemikiran pada “Memaksa Diri Untuk Menulis

  1. Belajar menikmati tulisan dulu sampai menjadi kebiasaan. Masalah berbobot atau tidak jangan terlalu dipikirkan. Karena seiring berjalannya waktu tulisan kita pasti menjadi lebih baik seiring dengan kebiasaan menulis itu sendiri.

    Disukai oleh 1 orang

  2. “Syarat Menulis adalah MEMBACA”… yaaa.. saya sangat setuju!!! sengaja saya pakai huruf besar karena itu juga menjadi self-reminder, bahwa lebih baik menggali pengetahuan dan pengalaman duluan baru kemudian berkata lewat suara atau tulisan, bukan sebaliknya. Thx buat tulisan ini!

    Suka

Tinggalkan Balasan ke EKT Batalkan balasan