Jika diperhatikan saat ini, sosial media bisa disebut lebih ramai daripada interaksi langsung dalam kehidupan masyarakat. Orang yang dalam kehidupan sehari-hari terlihat pendiam bisa menjadi sangat garang di sosial media. Tidak jarang yang kecanduan atau berlebihan menggunakan media sosial dan mengakibatkan tugas-tugas utama terabaikan, seperti belajar atau bekerja.
Sosial media menjadi tempat perang pendapat yang cenderung kearah yang negatif.
Perdebatan yang muncul jauh dari keinginan untuk mencari solusi, hanya untuk menyudutkan atau menghakimi atau bahkan menghinakan orang lain. Penyebab isu suku, agama, ras, dan antar golongan (Sara) menjadi simbol sosial media antara lain :
Menempatkan Bhineka Tunggal Ika Menjadi Simbol Suku dan Golongan
Bhineka Tunggal Ika seharusnya menjadi simbol pemersatu bangsa. Dicanangkan sebagai perekat keberagaman suku, agama, ras serta golongan yang ada di Indonesia. Namun akhir-akhir ini, bhineka tunggal ika malah dijadikan simbol keunggulan suku dan golongan.
Suatu suku atau golongan mendeklarasikan kebhinekaannya seakan-akan merekalah yang paling menjungjung dan melaksanakan kebhinekaan dan golongan lain sebagai perusak kebhinekaan.
Hal ini akan menimbulkan pembelaan masing-masing suku atau golongan yang berujung pada pembenaran buta atas suku dan golongan masing-masing.
Faktanya, kebhinekaan akan terjaga jika suatu suku atau golongan tidak menempatkan kedudukannya lebih tinggi dari yang lain.
Komentar Tentang Ajaran Suatu Agama Dari Sudut Pandang Agama Lain
Memeluk agama adalah hak dasar manusia, pilihan dalam menjalani kehidupan. pilihan cara untuk menyembah Tuhan dan menjalankan perintahNya dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap agama memiliki dasar keyakinan masing-masing yang sudah pasti berbeda dengan keyakinan agama yang lain. Setiap agama memiliki pedoman yang sudah pasti berbeda dengan pedoman agama yang lain.
Isu tentang ajaran agama akan menjadi perdebatan tak berujung jika setiap orang menginginkan pendapat orang lain sama dengan pendapatnya padahal agamanya berbeda.
Ketika seorang muslim menyebut bahwa Tuhan tidak memiliki anak dan Muhammad SAW adalah penghulu para Nabi. Umat agama lain harusnya tidak ikut berkomentar atau ikut berdebat tentang hal itu, karena dapat dipastikan keyakinannya pasti berbeda, begitupun sebaliknya.
Ketika seorang muslim menyebut bahwa seluruh umat islam pada akhirnya akan masuk surga, dengan proses dan tahapan yang telah ditepkan Allah SWT. Pemeluk agama yang lain seharusnya tidak ikut berkomentar atau berdebat tentang hal itu, apalagi melakukan penghinaan, karena setiap agama memiliki keyakinan yang berbeda tentang surga dan pasti berbeda satu sama lain.
Pendapat Tanpa Ilmu Yang Memadai
Orang-orang yang memiliki keyakinan sama, suku yang sama, ras yang sama, juga memiliki kecenderungan memunculkan perdebatan yang tak berujung, bahkan saling menghinakan satu sama lain. Hal ini timbul karena beberapa orang berpendapat tanpa ilmu yang memadai. Sekedar mengetahui permasalahan tapi berpendapat seakan-akan mengetahui ilmunya dengan pasti.
Hanya sekedar tau tapi menampakkan diri mengetahui ujung dan pangkal sebuah permasalahan. Tipe orang-orang seperti inilah yang membuat huru hara di sosial media.
Tipe ini juga memiliki kecenderungan memiliki komentar yang agresif
Mudah-mudahan yang membaca tidak bertipe seperti ini.
Hanya Membaca Judul Kemudian Membuat Kesimpulan
Huru hara dunia maya didominasi oleh orang-orang seperti ini, membaca judul kemudian membuat kesimpulan. Dengan perilaku seperti inilah hoax memenuhi time line sosial media.
Kecepatan tangan menshare sebuah berita atau menanggapi sebuah komentar lebih cepat dari kecepatan otak mencerna isi sebuah tulisan atau pendapat.
Seakan-akan apa yang terlihat oleh mata tidak melalui saringan otak tapi langsung ke jari untuk share atau berkomentar balik. Bisa jadi hal ini disebabkan oleh posisi otak yang tidak berada didekat mata tapi didengkul sehingga respon ke tangan lebih cepat.
Benar juga. Ubah niat: jangan menyampaikan ajaran dengan niat mengubah, tapi untuk mengenalkan.
SukaDisukai oleh 1 orang
Ping balik: Menjaga Ekspor ke Tiongkok Ditengah Wabah Virus Corona | auliamaharani
Ping balik: Efek Virus Corona Bagi Kegiatan Ekspor Indonesia | auliamaharani