Jamil Mahuad, Pemimpin Perubahan Yang Kalah


Jamil Mahuad, Walikota Quito yang kemudian terpilih dengan dukungan amat tinggi sebagai Presiden Equador. Mahuad adalah pahlawan, sukses sebagai walikota, ia memimpin perjanjian perdamaian dengan tetangganya, Peru. Ia mengakhiri perang yang telah berlangsung dua generasi. Bersama rekannya dari Peru yang belakangan jadi buron, Alberto Fujimori.

Mahuad diberitakan pernah dijagokan sebagai penerima nobel perdamaian

Rakyat yang sudah letih ingin kembali hidup nyaman dan Mahuad adalah solusinya. Maka, tak mengherangkan bila Ia adalah kandidat presiden terpilih dengan dukungan mencapai diatas 70%

Saat ia mencalonkan diri sebagai presiden (1998) keadaan ekononi Equador mulai membaik dan mulai belajar ekspor migas. Tetapi, suasana berubah begitu ia terpilih. Harga minyak dunia turun drastis, inflasi melonjak hingga 60%. Bencana kekeringan El Nino menyerang alam Equador dan menghancurkan sektor pertanian. Gagal panen pada komoditas ekspor seperti pisang dan bunga-bungaan. Pengangguran besar-besaran merebak, hanya tinggal 40 % angkatan kerja yang mendapat pekerjaan penuh

Rasa tidak puas, ancaman kriminalitas, kerusuhan dan ketimpangan sosial membayangi Equador

Mahuad memimpin perubahan, Ia meminta saran dari berbagai ekonom dunia. Semua memberi masukan teknis yang menakjubkan namun terlalu rasional, sementara krisis adalah gejala sesaat yang penuh emosional. Ia mengajak “kelompok kaya” ikut berkorban mengatasi kesulitan hidup yang terjadi. Ia mendatangi badan-badan keuangan dunia untuk mendapatkan bantuan.

Bantuan yang masuk harus dibayar dengan pengorbanan kelas menengah yang harus membayar pajak lebih tinggi, menunda konsumsi, membeli valas dengan harga yang lebih tinggi (devaluasi), membiasakan hidup lebih tertib, membebaskan industri dari kepentingan para kartel dan mafia, memperbaiki governance dan seterusnya.

Ia juga memangkas subsidi energi yang berakibat naiknya harga. Ia juga melakukan reformasi sistem keuangan yang mengakibatkan 9 dari 40 bank tutup.

Namun, kebijakan itu menimbulkan efek kepanikan. Ratusan ribu orang mengambil uangnya di bank. Belum genap setahun terpilih, rakyat sudah berubah haluan. Popularitasnya merosot hingga dibawah 20%.

Ribuan orang melakukan pemogokan karena takut kehilangan pekerjaan dan tidak bisa membayar tagihan. Ia menghadapi aksi demo besar-besaran dan pergerakan militer yang berhubungan para pemilik bank yang bermasalah. Pada Januari 2000, sebuah koalisi yang digerakkan militer dan pemimpin demo melakukan kudeta sehingga Mahuad pun harus lari ke luar negeri

Dalam pelarian Ia mencatat :

Harusnya saya tidak mengatasi kesulitas ekonomi dengan pendekatan teknis. Formula-formula ekonomi semata bukanlah solusi. Sebaik apapun formula itu, ada asumsi yang seringkali diabaikan pemimpin. Ya, mereka mau berubah tapi tidak mau membayar pengorbanannya. Kelas menengah menghasut rakyat, mengatasnamakan rakyat untuk melawan, semata-mata karena mereka tidak mau membayar dengan kenikmatan mereka.

Seharusnya, bukan solusi ekonomi yang harus saya kedepankan. Kalau memiliki waktu, harusnya saya memperbaiki keadaan dengan mengubah cara berpikir mereka, mengubah ekspektasi

Mahuad dinyatakan sebagai buronan interpol setelah ditetapkan sebagai penjahat oleh pengadilan yang dipimpin rival-rival politiknya. Pada Mei 2014, Ia divonis 12 tahun penjara dengan tuduhan penutupan bank-bank besar di era kepemimpinannya.

Mahuad membantah tindak kejahatan yang dituduhkan. Apa yang dilakukannya tak lebih dari kebijakan ekonomi yang terpaksa ditempuh pada masa sulit

Dari Buku Cange Leadership Non-Finito Karya Rhenald Kasali

baca juga
meraih suskes dengan mestakung

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s