Suami Istri Bertengkarlah Untuk Bahagia


Hari ini mengantar adik yang akan memulai hidup baru bersama suaminya. Pengantin baru yang akan merantau dan memulai perjalanan hidupnya tanpa dampingan orang tua. Lambaian tangan perpisahan adalah awal perjuangan mereka merengkuh kebahagiaan. Berbagai wejangan terucap dari keluarga yang melepas kepergian mereka. Samar terdengar pesan, jangan bertengkar, hidup yang rukun.

Dibalik wejangan itu, timbul pertanyaan, apakah pertengkaran adalah tolak ukuran ketidakbahagiaan?Apakah pertengkaran menjadi lambang ketidakrukunan?

Memandang pernikahan bagaikan memandang sebuah gunung berselimut kabut tipis yang indah. Semakin dipandang, indahnya semakin lekat dimata dan merasuk kedalam hati. Ketika ditelusuri, semak tumbuh lebat menghalangi jalan. Ketika didaki, bebatuan terjal bersusun kokoh menantang sepanjang jalan. Tak ketingggalan akar belukar yang melintang sepanjang jalan berlumpur, menguji kuatnya pijakan langkah kaki.

Dalam letihnya perjalanan, ada yang tersesat tak tau arah dan tujuan. Bingung menetukan langkah ditengah belantara hutan. Tak sedikit yang harus berbalik arah dan melupakan tujuannya. Namun, mereka yang tetap kokoh melangkah dan saling menguatkan satu sama lain, tetap melangkah walau peluh berhias terpaan mentari.

Dalam kebingungan menentukan langkah perjalanan rumah tangga, timbullah riak-riak perselisihan yang berujung pertengkaran. Beberapa menjalani riaknya dalam diam sementara yang lain dengan luapan kalimat verbal. Namun, sesungguhnya perselisihan itulah bumbu kehidupan dan pertengkaran adalah salah satu cara untuk saling memahami.

Pemahaman adalah hal mendasar untuk dua insan yang lahir dari orang tua dan dibesarkan dengan cara yang berbeda. Perbedaan semakin luas karena pendidikan dan jalan pendewasaan yang terpisah. Perbedaan ini terlalu luas sehingga tidak dapat dicocokkan satu sama lain. Perbedaan yang hanya bisa direkatkan oleh pemahaman untuk bisa mengerti dan menerima ketidakcocokan.

Jangan berusaha mencocokkan perbedaan karena yang lahir adalah kompromi. Tapi, tumbuhkanlah pemahaman untuk dapat saling mengisi perbedaan.

Dan akhirnya, letih perjalanan menuju puncak sirna bersama awan yang menghiasi puncak. Lepas bersama luasnya pandangan mata yang hanya menyisakan keindahan dibalik genggaman tangan. Sebuah alam yang berbeda dari yang dipandang dari bawah. Keindahan yang hanya bisa diututurkan oleh dua insan yang duduk berdampingan menanti terbitnya mentari pagi.

Bagi pasangan cinta, perjalanan takkan pernah usai, hingga salah satu harus mengantar pada perpisahan terkahir. Sebuah puncak hanya awal untuk menuju puncak yang lebih tinggi dengan rintangan yang lebih besar.

Bertengkarlah untuk merekatkan cinta

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s